Dugaan Tindak Pidana ketika Proses perdata dago elos

 Menurut Muhammad Basuki Yaman, dalam konteks kasus Dago Elos 2016, perkara yang awalnya tampak sebagai perkara perdata tidak semata-mata merupakan gugatan hak tanah biasa. Ia menilai bahwa kasus tersebut sebenarnya bermuara pada tindak pidanadengan dugaan kecurangan berupa rekayasa saling gugat (kolusi antar pihak) yang sudah berlangsung sejak tahun 1980-an. Analisisnya menekankan beberapa poin utama:

  1. Perbedaan antara gugatan perdata dan rekayasa saling gugat
    • Gugatan perdata biasanya merupakan upaya dua pihak untuk menegakkan hak masing-masing.
    • Menurut Yaman, kasus Dago Elos 2016 bukan gugatan murni; melainkan ada kolusi antara penggugat dan tergugat utama, termasuk pihak ketiga dan keempat, sehingga satu jaringan memanipulasi proses hukum untuk menguatkan klaim tertentu.
  2. Alasan kasus pidana dianggap mendahului atau memengaruhi kasus perdata
    • Dalam Perma No.1/1956, disebutkan bahwa jika suatu perkara pidana terkait dengan hak perdata atas suatu objekpemeriksaan pidana dapat ditunda hingga ada putusan perdata mengenai hak tersebut.
    • Yaman menegaskan bahwa karena perdata dalam kasus ini cacat secara formil dan materiil, secara hukum sebenarnya “Perdata batal demi hukum” (non-executable)sehingga inti sengketa bersifat pidana.
  3. Faktor pidana dalam sengketa perdata
    • Unsur pidana muncul misalnya melalui penipuan, manipulasi dokumen, atau cara curang dalam pengalihan dan klaim hak atas tanah.
    • Kasus perdata bisa berkembang menjadi pidana jika terdapat itikad buruk atau tipuan sejak awalsesuai prinsip yang juga dijelaskan dalam Yurisprudensi MA No. 4/Yur/Pid/2018 dan Pasal 378 KUHP.
  4. Implikasi praktis
    • Dalam sengketa yang melibatkan hak atas suatu benda atau hubungan hukum tertentu, prioritas penyelesaian perdata atau pidana tergantung pada hakimtetapi bila terdapat unsur pidana terkait objek perdata, kasus pidana dapat ditunda sampai putusan perdata jelas.
    • Yaman menekankan bahwa kasus Dago Elos menampilkan rekayasa hukum sehingga dari sudut pandangnya, relevansi perdata menjadi subordinat terhadap tindak pidana yang nyata terjadi.

Kesimpulan

Menurut Muhammad Basuki Yaman, perkara pidana dapat berjalan bersamaan dengan proses perdatanamun dalam kasus Dago Elos 2016 perdata hanyalah rekayasa; substansinya adalah pidana. Dengan kata lain, meski kasus di meja pengadilan tampak perdata, menurut Yaman tindak pidana mendasari sengketa tersebut, sehingga penekanan hukum seharusnya pada ranah pidana, dan perkara perdata yang cacat bisa dianggap non-executable.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Isi

Analisa Modus Mafia Tanah Saling Gugat

modus mafia tanah dengan apa ... siapa ...